Hai...
Saya kembali lagi dengan cerita yang saya temukan di laptop saya. Cerita jaman-jaman SMP dulu sih. Iseng aja sih. Daripada cuma dibaca sendiri, dan kebetulan ada watty juga, so, aku post disini juga. Sekalian mau tau respon dari kalian kayak gimana sih. Makasih
-- ooo --
Saat
mataku terpejam
Yang
terlihat hanyalah
Bayangan
wajahmu
Saat
kututup telingaku
Yang
kudengar
Hanyalah
suaramu
Sebait
puisi yang tertulis di lembar kertas
warna merah jambu membuat Ree menjadi penasaran.
“Siapa
sih yang mengirim puisi ini ?” tanya Ree pada Lia, sahabat dekatnya.
Lia hanya diam saja. Dia tahu siapa yang mengirim Ree
puisi, tapi Lia hanya diam saja, karena janji yang telah diucapkannya pada
Elang. Ya, Elanglah yang telah membuat dan mengirim puisi itu untuk Ree.
Kemudian Lia teringat percakapan siang itu, dimana Elang memohon supaya Lia mau
memberikan puisi ini kepada Ree. Walaupun Lia telah berusaha untuk tidak
menerimanya, tapi Elang tetap saja memaksanya.
“Lia sebenarnya sudah lama tahu kalau Elang sangat
mencintai Ree, sahabat Lia, tapi Lia ngga’ ingin memberi harapan pada Elang
karena Lia tahu siapa Ree sebenarnya. Lia mohon, lang, sekali ini saja, jangan
lakukan itu, kumohon”, pinta Lia pada Elang.
“Maka
dari itu, karena kamu tahu siapa Ree sebenarnya, makanya aku minta tolong ke
kamu supaya kamu mau memberikan puisi ke Ree, please.
“Aku
ngga’ bisa janji, tapi kuusahakan puisi ini sampai ke tangan Ree, ok ?” jawab
Lia.
“Ok deh!
Besok kutunggu kabarmu. Ehm…kita ketemuan di tempat biasa ya ?” pinta Elang
pada Lia.
Tak
sampai hati Lia menolaknya, dia tahu Elang pasti akan terus membujuknya apabila
dia menolaknya.
Sore harinya di tempat biasa, Lia menceritakan kepada
Elang bagaimana bingungnya Ree saat dia menerima puisi itu sampai dia
menanyakannya pada Lia.
“ Jadi, dia bingung saat dia menerima puisi itu ?” tanya
Elang seakan tak percaya.
“Dibilangin kok ngga’ percaya sih, aku kan tadi udah
bilang kalau dia bingung saat dia menerima puisi itu!” jawab Lia dengan
ketusnya.
“Sorry, gitu aja lu marah besar”, balas Elang.
Lia hanya diam saja. Bagaimanapun juga dia tak akan
pernah bisa marah kepada Elang. Elang pun pasti akan terus membujuk Lia supaya
dia tidak marah lagi.
“Hei, lu masih marah ma gue ? Ya, sorry, gue ngga’
sengaja, sorry ya”, pinta Elang.
“Gue udah ngga’ marah lagi kok sama kamu, gue tadi cumin
kesel aja, habisnya udah dibilangin ‘bingung’ masih aja nanya, gimana aku ngga’
kesel coba ?” balas Lia.
Pertemuan sore itu tidak berlangsung lama, karena seperti
biasa Elang ada janji untuk main band bersama teman-temannya. Lia pun ada janji
untuk pergi ke rumah Ree untuk membahas masalah lomba band sekolah.
Pagi harinya di sekolah, Lia seperti orang yang
benar-benar bingung, karena kemarin Ree tidak ada di rumah. Jadi, acara untuk
membahas masalah lomba band sekolah sama sekali belum dibahas satupun.
“Kemana sih perginya ‘tu anak, katanya mau bahas acara
band, eh, ngga’ tahunya malah ngga’ ada di rumah” jerit Lia.
Teman-temannya hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat
tingkah Lia yang seperti orang gila.
“Eh, Elang, sobat lu kenapa ‘tu, dari tadi kita lihat
cumin teriak-teriak sendiri kayak orang gila ?” tanya Lita.
“Ha…! Lia teriak-teriak sendiri kayak orang gila ?” tanya
Elang seakan tak percaya.
“Ngapain lagi dia teriak-teriak, perasaan kemarin dia
ngga’ kenapa-kenapa, tapi kok pagi ini dia malah teriak-teriak sendiri”,
terusnya kemudian.
“Mana gue tahu, maka dari itu gue nanya ke elu, kirain lu
tahu apa yang terjadi sama Lia, eh, ngga’ tahunya malah balik nanya, gimana sih
kamu ini” jawab Lita ngga’ kalah herannya.
“Hei, lu kenapa, neng ? lu sakit atau lu ada masalah ?
Ayo certain ke gue dong, gue kan sobat elu”, tanya Elang kepada Lia.
“Gue, gue, gue ngga’ kenapa-napa kok, gue cuman kesel aja
sama Ree, bayangina aja deh, Lang, gue udah capek-capek dating ke sana, eh
ngga’ tahunya dianya malah pergi ke bandara jemput kak Nico. Udah gitu, gue
telpon ke Hpnya, ngga’ diangkat-angkat, lu kan tahu sendiri kalau flightnya tu
jam 5 sore”, jawab Lia sembari menahan marah.
Sedangkan Elang yang mendengarkan cerita Lia pun hanya
bisa terdiam.
“Emang lu ngapain ke rumah Ree, mau bahas acara band
sekolah lagi, padahal kan itu bukan tugas lu buat bahas acara itu, kan ?” tanya
Elang.
“Emang sih, tapi
kan, kita udah sepakat buat bahas acara itu sampai tuntas biar tugas panitia
ngga’ tambah berat”, jawab Lia sembari menahan marah.
“Ya udah, dibiarin kok ngeyel!” jawab Elang ketus.
Semenjak kejadian sore itu, Ree tidak pernah menampakkan
diri. Lia sudah hampir menyerah seandainya saja kak Nico tidak meneleponnya
memberitahukan bahwa Ree sedang sakit dan keadaannya parah sekali.
Lia pun segera memberitahukan berita itu kepada
teman-temannya, tak terkecuali kepada Elang, sahabatnya.
Siang itu, sesudah pulang sekolah, Lia dan
teman-temannya, tak ketinggalan Elang dan wali kelasnya, pergi ke rumah sakit
untuk menjenguk Ree.
Ternyata, pertemuan mereka dengan Ree adalah yang
terakhir kalinya, karena sesudah mereka semua pulang, Ree menghembuskan nafas
terakhirnya. Sebelum Ree pergi, Elang sempat membisikkan bahwa dia sangat mencintai
Ree.
Siang itu di sebuah pemakaman umum, setelah pemakaman
Ree, Elang membuka kertas yang diberikan oleh kak Nico.
“Ini adalah surat dari Ree, di menulisnya setelah kau
pergi, dia berpesan padaku untuk menyerahkannya padamu”, kata kak Nico setelah
menyerahkan surat itu kepada Elang.
Elang kemudian membuka kertas berwarna merah jambu yang
diberikan kak Nico kepadanya. Isinya adalah sebuah puisi yang ditulis oleh Ree.
Jiwa ini terbang
Saat kau bisikkan
Kata cinta
Di telingaku
Ku ingin ambil kembali
Jiwa itu
Namun, ku tak sanggup
Untuk menggapainya
Dan mengambilnya kembali
Dan kemudian
kuletakkan
Kembali jiwa itu di tubuhku
Kulihat kau duduk terpaku
Menangis menyesali sembari
Menatap nisanku
Dan kulihat wajahmu basah
Karena air mata yang terus
Dan terus mengalir basahi
Pipimu
Kuingin kau tahu bahwa
Sesunguhnya aku pun
Sangat mencintaimu
Sama seperti kau mencintaiku
Ingin semua ini kukatakan
Kepadamu saat itu
Namun, lidahku terasa kelu
Hingga ku tak dapat mengatakan
Semua ini kepadamu
Kuingin mendekat dan memelukmu
Namun, ku tak mampu
Karena kutahu dunia yang kita
Miliki telah berbeda
Kupinta padamu
Bahagiakanlah hidupmu
Dan kumohon padamu
Bahagiakanlah sahabatku
Seperti dulu kau pernah
Membahagiakan aku
Dan pernah membuatku tertawa
Bahagia
Sekarang, kumohon padamu
Bahagiakanlah dia
Cintailah
dia
Sama
seperti kau mencintaikuHingga saat ini
Ree
“Aku
janji, Ree, aku janji, akan selalu membahagiakan Lia sama seperti saat aku
pernah membahagiakanmu, dan percayalah ku akan selalu mencintainya seperti aku
mencintaimu hingga saat ini, tapi kumohon jangan pernah kau suruh aku untuk
menghilangkan dirimu dari ingatanku”, janji Elang kepada Ree.
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)