Hari ini tepat setahun.
Waktu setahun ternyata tak cukup untuk melupakan, mematikan rasa. Sengaja menghilang ternyata tak cukup untuk akhirnya tak bertemu lagi dengannya.
Tuhan memang punya kuasa diatas semua kejadian ini. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia yang mempertemukan, Dia yang memberikan jawaban atas segala doa, Dia pula yang akhirnya mempertemukan kembali.
Kenangan demi kenangan pelan-pelan muncul kembali. Rasa yang lama sudah mulai pudar, muncul kembali. Pertanda apakah sebenarnya?
Flashback On
“Hei, selamat ya, buat pernikahannya. Eh, rencana pernikahan. Akhirnya, pasangan fenomenal abad ini menikah juga. Finally, after long time, both of you been together.”
“Wait..wait.. Hold on. Siapa yang nikah ya? Maksud loe apaan sih, ngga ngerti gue.”
“Lha, barusan si doi message gue ngabarin kalau mau nikah bentar lagi. Lha bukannya nikahnya sama loe ya? Setau gue kan yang jadi pasangan doi kan loe. Kenapa jadi elo yang bingung gini sih dikasih ucapan selamat. Bukannya makasih, malah nanya ‘siapa yang nikah ya’.”
“Beneran, ky, bukan gue yang nikah. Gue malah baru tau dan baru denger ini kabar dari elo. Sumpah, gue kaget banget ini.”
“Wah, yu, jangan-jangan si doi mau kasih kejutan kali sama loe.”
“Kasih kejutan gimana maksud loe? Dia aja ngga balik udah ada kali sebulanan. Lagian nih ya, orang tua gue belum nerima lamaran dari dia. Gimana mau nikah, kalau lamaran aja belum?”
“Ya, sorry, yu. Gue pikir loe sengaja diam gitu, mau kasih surprise sama kita-kita. Ternyata bukan ya? Apa doi jangan-jangan ngerjain gue ya? Parah bener deh tu anak, jahil kok ga sembuh-sembuh. Ya udah gih, tanyain, pakai kepala dingin ya. Gue cabut dulu, bye!”
Drrtt..tring..tring..
Si ndut :
Ay, minta pin bb anak-anak dong. Atau no hpnya anak-anak. Please, aku tunggu sekarang ya. Tengkyu.
Ayu :
Buat apaan sih, ndut? Tumben amat minta pin sama no anak-anak. Ngga biasa-biasanya deh.
Si ndut :
Sebuah gambar dikirim
Ayu :
Kamu
mau nikah, ndut? O ya udah, tar aku kasih no anak-anak deh. Pin bb ngga punya.
--- ooo ---
Sesaat
setelah gambar undangan dikirim ke bbmku, langsung semua no hp dan pin dia di
hpku, aku hapus. Jadi, ternyata selama ini, hubunganku sama dia dianggap apa? Hanya
sebatas teman main gitu? Gila!!! Dia pikir aku cewek apaan?! Gampang banget dia
mainin aku seenak udel dia!!! Kurang ajar banget sih tu cowok!!! Huft, inhale-exhale. Jangan sampai
bokap-nyokap tau dulu. Ntar aja kalau udah waktunya.
Drrtt.. drrtt.. just the
way you are.. drrtt.. drrtt..
“Halo,
Mel, iya, gimana? Kunaon atuh ini tumben telp Ayu. Ada apakah gerangan?”
“Hei,
iya, Ayu. Aku mau ngabarin kalau aku kemarin lusa kirim undangan nikahan aku ke
kamu. Udah diterima belum ya, Yu? Kamu pokoknya mesti dating yaa ke nikahan
aku. Ngga boleh ngga datang. Awas lho ya, aku ngambek berat ntar sama kamu.”
“Haha,
iya, Mel. Aku usahain datang deh pokoknya ke nikahan kamu. Ditunggu aja ya kehadiranku
disana. Oke, mel? Jangan ngambek ya, darl!”
“Sippp..
Aku tunggu beneran yaa, Yu. See you at my wedding day, Yu. Salam buat om sama
tante yaa.”
“Sip..
Oke, aku salamin nanti. See you, too, Mel.”
Kubuka
undangan bertintakan emas itu. Tertulis nama Melda Hayra Putri dan Fardian
Zahlansyah. Dua orang sahabatku semasa kuliah dulu. Entah karena Tuhan masih
menyayangiku atau memang sudah jalan hidupku yang harus kujalani. Entahlah, aku
tak tau. Tapi, aku bersyukur, setidaknya ada alasan yang bisa kuberikan kepada
teman-temanku tatkala mereka bertanya kenapa aku tak datang ke pernikahannya. Karena
yang mereka tau dia menikah denganku bukan dengan orang lain.
Satu minggu kemudian
Udara
sore ini di kota ini membuat hatiku terasa lapang. Setidakya aku bisa bertemu
dengan mamiku dan kakak sepupu serta keponakan-keponakanku. Dengan menahan
rindu, aku memeluk mereka satu per satu. Ingin rasanya aku menangis saat itu
juga mengingat mamiku tak tau alasan sebenarnya aku datang kembali ke kota ini.
Beliau hanya tau aku datang menghadiri pernikahan sahabatku, Melda, yang mami
sendiripun mengenalnya.
Sore
itu ditemani canda tawa keponakan-keponakanku di mobil, kuberanikan diri
memeluk mami dan mengatakan yang sebenarnya, jika dia menikah dengan orang
lain. Yang aku tau mami sempat kaget. Dan tak lama kemudian, papiku mengirimkan
sms yang mengatakan bahwa beliau bersyukur kalau aku, anaknya, tak jadi dengan
dia. Karena menurut papiku, dia tak pantas dikatakan laki-laki, terlalu pengecut.
Aku hanya diam dan setitik air mata pun akhirnya mengalir di pipi. Mamiku hanya
bisa menenangkanku.
Hanya
dua hari aku berada di kota ini. Namun setidaknya waktu yang sebentar ini
membuat hatiku kembali hangat, dan mengurangi sakitnya hatiku. Pernikahan sahabatku
sendiri pun berjalan sangat amat meriah. Melda dan Ardi begitu bahagia melihat
aku datang ke pernikahan mereka. Aku senang melihat kisah cinta mereka berakhir
bahagia.
Dua bulan kemudian
Aku
kaget mengetahui kebenaran dari pernikahannya. Berawal dari sebuah mimpi yang
membuatku penasaran hingga mengantarkanku pada sebuah kenyataan jika
pernikahannya berlandaskan akan sesuatu hal. Aku hanya bisa mengucapkan syukur
pada Tuhan. Tak menyangka ternyata Tuhan begitu menyayangiku, menyelamatkanku
dari fitnah dan dosa.
“Mami,
Alhamdulillah, mi, Ayu tau kenapa mereka akhirnya menikah, mi. Karena sesuatu
hal, mi. Ayu diselamatkan dari fitnah dan dosa, mi. Terima kasih, mi, untuk doa
yang mami panjatkan selama ini. Ayu sayang mami.”
“Alhamdulillah,
Yu, Allah masih menyayangimu, menyelamatkanmu dari fitnah dan dosa. Mami bahagia,
Yu. Semoga kamu kelak mendapatkan jodoh yang lebih baik dari dia. Amiiinn.”
“Amiiinn,
mi. Makasih, mi.”
Percakapan
dengan mami sore itu membuat aku semakin bangkit dari rasa sakit hati. Tak ingin
lagi menengok ke belakang, aku memutuskan untuk menghapus semua kenangan antara
aku dan dia. Entah itu foto, sms, atau apapun itu. Aku bangkit menatap masa
depan.
Flashback
Off
Dan
hari ini, dia kembali lagi datang dengan pesan-pesan yang mampir di nomerku. Aku
berusaha mengabaikan. Hingga akhirnya, seorang rekan kerja yang sudah aku
anggap kakak menyarankan aku untuk membalas pesan-pesannya. Untuk menjalin tali
silaturahmi. Aku iyakan dan ternyata berakibat fatal.
Awalnya
pesan-pesannya berisi biasa saja. Sekedar basa-basi bertanya kenapa aku tak
datang menghadiri pernikahannya. Walaupun sempat menyinggung tentang aku yang
masih sendiri, dan bertanya kapan aku menikah. Dan itu semua kubalas hanya
dengan emoticon senyum disertai dengan permohonan doa semoga disegerakan untuk
menikah. Hingga akhirnya pesan-pesannya menjurus ke arah ajakan untuk menjalin
kembali hubungan yang dulu sempat terputus. Sampai di pesan ini, aku terhenyak,
terdiam, dan sedikit mencerna. Daripada salah paham, lebih baik kutanyakan saja
pada dia.
Ayu
Sorry
nih, maksudnya menjalin kembali hubungan yang dulu sempat terputus itu apa ya? Bingung
maksudnya.
085878855xxx
Gini
lho, ay. Maksud aku, besok kalau pas aku balik kesana, kita ketemuan gitu. Tar aku
tidur di hotel mana, aku kasih tau kamu. Aku balik ngga bakalan bilang kok sama
orang rumah apalagi istri aku. Kebetulan istri aku lagi disana. Tar gampanglah
alasan sama istri, tinggal bilang ada pelatihan dimana gitu. Dia ngga bakalan
tau juga. Ngga bakalan di cek. So, santai, tenang.
What? Ini maksudnya ngajakin aku selingkuh
gitu? Aku dijadiin selingkuhan dia gitu? Emangnya aku cewek apaan sih menurut
dia. Enak banget dia ngomong gitu. Benar-benar laki-laki ngga tau diri banget. Kena
karma baru tau rasa tar dia.
Ayu
Eh,
sorry ya, dipanggil atasan nih. Mau rapat.
085878855xxx
Oh..
oke, trus gimana, kamu mau ngga? Jawab dulu kali, bu.
Ayu
HP
aku low bat, udah dulu ya.
--- ooo ---
Dia
masih sering mengirimiku pesan-pesan yang menurutku aneh dan ngga sepantasnya. Aku
hanya bisa mengabaikan pesannya seperti biasa dan menghapusnya tanpa pernah
membacanya. Sudah cukup tingkah laku dia yang tak pernah menghargaiku selama
ini, selama kami dekat. Tadinya niatku hanya ingin menjalin tali silaturahmi. Tapi,
ternyata niat baikku disambut dengan niat yang buruk oleh dia. Buat apalagi
mempertahankan hubungan silaturahmi jika hanya membawa keburukan saja.
Hingga
akhirnya, mungkin dia lelah atau mungkin dia bosan. Mengirimiku pesan dan
selalu tak berbalas apa-apa. Dia berhenti ‘menerorku’. Aku lega dan bahagia. Kalau
dalam istilah persahabatanku dengan sahabat-sahabatku, ‘buang aja ke laut, biar
dimakan hiu’. Dan aku tak pernah
menyesal pernah mengenalmu. Tapi, terima kasih, cukup sampai disini saja. Aku tak
ingin dicap sebagai wanita pengganggu rumah tangga orang.
--- ooo ---
Jika menahanmu disisi hanya
membuat sakit hatiku lebih baik aku melepasmu untuk bahagiaku. Karena aku tau,
jika bahagiaku bukan kamu.
-
Ayu –
--- ooo ---
22
Januari 2015
1,5 jam menulis cerita ini. Rada aneh dan gaje ngga sih ceritanya? Semoga readers suka ya sama ceritaku.
O
ya, untuk oneshoot kali ini, aku mau dedikasiin buat mba Ainun Nufus. Dia salah satu author favorit aku. Karya-karya dia aku
sudah punya semua. Next project apa ne, mba? Ditunggu pake banget yaaa. Syukur-syukur
dikasih gratis hehehe.. becanda, mba.
Dan buat pembaca setia blogku, bisa langsung klik link berikut ini untuk bisa baca di wattpad
Oke, happy reading yaa, readers :). Semoga kalian suka yaa. Makasih :)
Dan buat pembaca setia blogku, bisa langsung klik link berikut ini untuk bisa baca di wattpad
Oke, happy reading yaa, readers :). Semoga kalian suka yaa. Makasih :)
Happy reading ya, readers. Semoga kalian suka :)
hihiiii, aku sudah malas ngefiksi lagi ***
ReplyDeletehihi.. aku pas lagi ada ide di kepala, mak. meneruskan hobi yang sudah lama tak ditekuni lagi..hihi..
DeleteSesuatu sekali, membacanya
ReplyDeletehahaha... sesuatu gimana, mak? feelnya buat aku kurang dapet, mak :) hehehe
DeleteCerpenia rupanya :)
ReplyDeletehehe :) ga juga, mak. pas lagi mood and ada ide buat cerpen ajah :) hehehe
Delete