Diambil dari http://infocewek.com |
Hai, saya kembali lagi kali ini dengan tema yang agak-agak berat sedikit. Kenapa saya nulis tema ini? Ini semua berawal dari kebimbangan saya beberapa waktu lalu mengenai seorang wanita yang bekerja disaat sudah menjadi istri. Dimulai dengan diskusi bersama seorang kenalan di dunia maya, berlanjut dengan diskusi diri sendiri alias gejolak batin berlanjut dengan diskusi bersama atasan di tempat saya bekerja dan berakhir dengan diskusi dengan adik saya sendiri.
Saat itu saya berpikirnya masih ke Money Oriented. Kalau seorang wanita itu juga bisa menghasilkan uang dengan bekerja
dengan niat membantu seorang suami. Masih berpikir kalau seorang wanita atau
istri yang bekerja itu nantinya memiliki penghasilan sendiri yang apabila ingin
memberi orang tua atau membeli make up tidak harus meminta suami. Atau kalau
saat ada kebutuhan mendesak, dan suami tidak memegang uang sama sekali, istri
bisa membantu dengan catatan membicarakannya secara pelan-pelan agar tidak membuat
suami marah dan tersinggung dan terlebih berpotensi menimbulkan masalah di
kemudian hari.
Namun, saat diskusi dengan adik,
tersentil juga sih dengan kata-kata adik.
“Loh dirumah pun bisa jadi lading rejeki
lho kalau niat. Semua tergantung pada niat. Dan pekerjaan paling berat untuk
perempuan adalah menjadi Ibu Rumah Tangga”
Saya sempat terhenyak juga membaca
pesan dari adik. Hal ini sebenarnya yang membuat saya sempat dilanda
kebimbangan. Apa iya seorang wanita yang sudah bersuami tidak wajib bekerja
sekalipun niatnya untuk membantu suami?
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat
menulis postingan di sebuah situs mencari jodoh yang kemudian saya hapus profil
saya dari situs tersebut. Seperti ini isi postingan saya :
- Jikalau saya berjodoh dengan salah seorang laki-laki disini, saya diijinkan bekerja? Jika iya, mohon ungkapkan alasannya, namun jika tidak mengapa?
- Jikalau nantinya menikah, apakah akan tinggal bersama orang tua atau tinggal sendiri?
- Kalian menginginkan seorang istri seperti apa? Apakah bisa memasak atau apa?
- Jikalau nantinya saya bekerja dan pekerjaan saya mengharuskan saya menjalin LDR dengan suami, bagaimana?
Alhamdulillah, respon yang diberikan
luar biasa sekali. Dan sekali lagi, jawaban dari mereka yang menjawab juga luar
biasa. Kebanyakan tidak mengijinkan bekerja dengan alas an gaji yang mereka
dapatkan sudah lebih dari cukup untuk hidup berumah tangga. Saya sempat ‘kepo’
profil mereka, dan memang mereka menyebutkan penghasilan mereka antara 3-10
juta, tepatnya berapa saya kurang tau. Dan rata-rata mereka tinggal di kota
besar seperti Jakarta, Balikpapan, dll. Tambah galau dong kalau seperti ini.
Sebelumnya saya ingin mengungkapkan
alas an mengapa saya bersikeras ingin bekerja setelah menikah (note : sewaktu
tulisan ini dibuat, penulis belum menikah) :
- Saat ingin memberi orang tua atau saudara tidak perlu menunggu untuk meminta suami walaupun memang harus memberi tau suami apabila ingin memberi orang tua atau saudara.
- Saat ingin membeli peralatan wanita seperti misalnya make up atau tas atau buku atau yang lainnya, tidak perlu menunggu untuk meminta suami.
- Saat ada keperluan mendesak dan suami sedang tidak memegang uang, bisa untuk membantu juga.
Saya paham apabila tugas menjadi
seorang istri itu tidaklah mudah. Ya menjadi istri, ibu, sahabat, dll untuk
keluarga kecilnya. Namun, apabila istri sanggup untuk membagi waktu, apakah itu
menjadi masalah? Dan terlebih lagi, apabila jam kerja sang istri tidak melebihi
seorang suami apakah hal tersebut menjadi masalah juga?
Membaca dari sebuah artikel di SINI dan di SINI membuat saya tambah bimbang. Apakah
menjadi ibu rumah tangga ataukah bekerja? Hard decision and hard choose.
So, bagaimanakah menurut kalian?
Perlukan seorang istri bekerja atau cukup menjadi ibu rumah tangga saja?
Kalau saya pribadi, 'istri' harus dipandang sebagai individu yg unik dalam artian dengan segala kepribadian dan kondisi hidupnya, jadi tidak bisa dipukul rata bahwa seorang istri sebaiknya bekerja atau tidak..
ReplyDeleteJika 'istri' disini adalah seorang yg justru menjadi moody/stress karena hanya menjadi IRT, yah.. menurut saya sebaiknya dia bekerja saja dan menjadi istri dan ibu yg baik sambil bekerja..
Sebaliknya jika 'istri' lebih bahagia hanya menjadi IRT saja, maka lebih baik jangan bekerja..
Yah, itu gambaran saja mak.. disamping itu masih banyak yg harus dipertimbangkan utk menentukan seorang 'istri' sebaiknya bekerja atau tidak..
Hihi, jadi panjang.. salam kenal ya mak ;)
berarti itu semua tergantung ke diri sendiri yaa, mak?
Deletekarena jujur saja, saat ini saya lebih nyaman untuk bekerja. tapi, mendengarkan nasihat dari ayah tercinta, besok kalau mau menikah dan saya ingin bekerja, lebih baik dikomunikasikan terlebih dahulu dengan calon suami...
menjadi seorang ibu rumah tangga itu memang luar biasa sekali kok, mak, benar-benar tugas yang mulia... Tapi, ya balik lagi tadi, every decision depends on us..
Tidak apa-apa, mak.. Saya senang bisa sharing seperti ini..
Salam kenal juga, mak :)
Sy jg lg bimbang bun.. bsk masa cuti mlahirkan sy udah abis...bener2 dilema bun...
ReplyDeletebimbang banget itu, bun..
Deletesaya belum mengalami juga sih, tapi menurut cerita dari teman-teman saya, kebanyakan lebih asyik dirumah, tapi ada juga yang bosan walaupun cuma 3 bulan saja.
galau benar-benar galau iniiii...
Salam kenal Mak.. Ikutan sharing yaaa :)
ReplyDeleteSaya juga seorang ibu rumah tangga, full time bahkan :D Sebagai lulusan sarjana, tentu kadang juga galau dengan 2 hal ini.
Menurut saya, pilihan bekerja atau tidak harus dengan dasar kuat. Misalnya: Memilih bekerja jika benar-benar membutuhkan pekerjaan tersebut. Artinya tidak ada optional lain. Kalau sy melihat alasan ini lebih kepada materi yang di dapatkan, mengingat peran ibu dalam rumah tangga sangaaat vital.
Selain itu, tahu pentingnya sosok ibu dan perannya di rumah yang ganjarannya surga Insha Allah bisa mengobati rasa bimbang ini :)
Semoga berkenan Mak :)
Karena itu, alasan saya masih Money Oriented.. Karena jujur, dari sekian banyak diskusi bersama dengan beberapa lelaki yang menginginkan menjalin hubungan dengan saya, mereka tidak setuju dengan seorang istri harus bekerja. Karena mereka beranggapan masih sanggup menafkahi.
DeleteNah, karena alasan inilah yang bikin saya galau, mak. Terlebih pendapat adik saya. Atau mungkin ini lebih ke obsesi diri melihat teman2 saya banyak yang bekerja dan menjadi ibu rumah tangga, dan mereka menjalankannya dengan balance..huft *elap keringat*
Kalau saya memang karena benar2 membutuhkan pekerjaan ini, mak.
Tapi, kembali lagi, mesti didiskusikan dengan calon suami saya nantinya..
TFS yaa, mak :)
menurutku yang lebih utama sih jadi ibu rumah tangga, aku dulu juga kerja kantoran, tapi semenjak merantau ke Jepang otomatis jadi full time mother
ReplyDeletememang sih uang itu perlu, apalagi harga-harga barang sekarang semakin mahal, tapi jadi ibu rumah tangga tetap bisa cari uang kok
dari hobi memasak bisa membuka katering di rumah, atau buka toko kecil di rumah, asal urusan rumah tangga tetap nomor satu.
asal ada niat pasti nanti ada jalan
Nah itu dia, mak indah, masalahnya..
DeleteBelum ada pikiran nantinya kalau memang benar2 jadi FTM terus mau nyambi apa gitu.. Karena jiwa saya belum di bisnis, always failed.
But anyway, TFS yaa, mak :)
kalo menurut saya, pilihan sih mba...semuanya ada konsekuensinya...saya pernah menjalani dua2nya soalnya...saat ini sih full time mom, harus banyak bersyukur dg rejeki yg ada dan dicukup2i...juga menyiasati suasana bosan. waktu bekerja, pikiran bercabang antara pekerjaan dan rumah, bagi waktu dan hati, kadang suami ga seneng kita ngerjain pekerjaan kantor di rumah, dsb.... dua2nya bisa jadi ladang pahala. kemarin ikut seminar, pembicara nya ini seorng dosen dan penghafal quran. saat anaknya nanya, kenapa mamanya isi acara dimana2. mamanya bilang, sebagai amal ibadah utk bekal akhirat. kalo anak sendiri kan terbatas ngajarinnya, cuma 3-4 orang. kalo ngajar annak orang lain juga pahalanya lebih banyak...
ReplyDeletesubhanallah..
Deleteterima kasih, mak kania, untuk sharingnya..
menjadi masukan untuk saya juga..
apapun nanti pilihan yang saya ambil, insya allah, siap dengan konsekuensinya..
untungnya, saya tipe orang yang ngga suka bawa2 pekerjaan kantor kerumah.. insya allah, aman..hehehe..
TFS, makkk :)
Biasanya kalau udah ada anak mak, mulai dilema..teman-temanku sih seimbang ada ya full irt, ada yang ibu bekerja, masing-masing ada problemnya sendiri2..tapi tetap, persamaannya mereka ibu-ibu yang keren..jadi pilihan ada di tangan kita, diskusikan dengan suami, maunya gimana..sebaga istri kita maunya gimana, kalau aku 2 tahun kerja kantoran di jakarta terus ikut suami ke kampungnya, awalnya bete banget tapi aku mulai nulis buku, ngeblog, jualan online, berkomunitas juga Alhamdulillah rejekinya disini...yang penting sih kita happy, dan irt atau ibu bekerja, kita bisa mandiri, bisa mengatur keuangan rumah tangga dengan baik..bisa investasi...
ReplyDeleteiya, mak..
DeleteTFS yaa...
masukan juga buat aku nanti kalo sudah menikah, untuk memutuskan apakah mau bekerja atau tidak..
numpang ya http://negaramendidik.blogspot.co.id/2015/09/pak-ahok-5-ribu-guru-bantu-diangkat-10.html
ReplyDelete