Judul Cerita : Merajut Asa
Penulis Cerita Asli : Friska Adelia
Judul Merajut Asa Challenge : Happiness, Aishiteru
Penulis Merajut Asa Challenge : princessashr
Asumsi orang terhadap suatu permasalahan terkadang berbeda-beda, tergantung dari sudut mana mereka melihat. Seperti yang dialami oleh Yuri yang menganggap bahwa apa yang dilakukan Asa, suaminya, salah. Walaupun sudah dijelaskan seperti apa pun itu, Yuri tetap menganggap salah. Tak pernah dia membayangkan jika Asa akan melakukan hal seperti itu. Apa kurang Yuri selama ini, apakah memang menurut Asa belum cukup, hingga berbuat hal itu.
Penulis Cerita Asli : Friska Adelia
Judul Merajut Asa Challenge : Happiness, Aishiteru
Penulis Merajut Asa Challenge : princessashr
Asumsi orang terhadap suatu permasalahan terkadang berbeda-beda, tergantung dari sudut mana mereka melihat. Seperti yang dialami oleh Yuri yang menganggap bahwa apa yang dilakukan Asa, suaminya, salah. Walaupun sudah dijelaskan seperti apa pun itu, Yuri tetap menganggap salah. Tak pernah dia membayangkan jika Asa akan melakukan hal seperti itu. Apa kurang Yuri selama ini, apakah memang menurut Asa belum cukup, hingga berbuat hal itu.
"Yuri, sayang.. Ayolah,
keluar, saya mohon, kita bisa bicarakan baik-baik. Saya tak bermaksud
untuk menyakiti hatimu. Ayolah, sayang, saya mohon, keluarlah" Asa
memohon dengan sangat kepada belahan hatinya.
"Nggak mau! Om pergi aja
dari sini. Yuri nggak mau lihat Om. Cukup, Om, apa yang udah Om lakukan
ke Yuri. Itu udah sangat menyakiti hati Yuri" Yuri tetap bersikukuh tak
ingin bertemu dengan Asa. Terlalu sakit dan kecewa akan sikap Asa.
Apa salahku? Apakah selama ini masih kurang aku memahami suamiku? Kenapa dia tega berbuat itu kepadaku?
"Asa, lebih baik kamu
pulang saja dulu. Tidurlah di rumah kakakmu, Ara. Biar Ibu yang membujuk
Yuri. Pergilah, Asa" tepukan pelan di bahu Asa oleh ibu mertuanya,
membuat Asa menoleh dan akhirnya menggangguk.
"Baik, Ibu. Saya titip
Yuri. Besok saya kembali lagi kemari. Saya hanya bisa berharap, semoga
besok Yuri mau bertemu dengan saya dan mau membicarakan ini" Asa hanya
bisa menitipkan pesan dan akhirnya beranjak pergi.
Yuri mendengar
percakapan singkat antara Ibu dan suaminya, Asa. Tak menyangka jika
suaminya pergi dan tak membujuknya lagi. Kecewa, itu yang dirasakan
Yuri. Tak pelak, air matanya turun perlahan membasahi pipi mulusnya.
"Ishhh, punya suami kok
nggak peka banget sih. Masa cuma segitu aja perjuangannya buat bujuk aku
biar nggak marah lagi. Dulu waktu masih awal-awal kenal dan akhirnya
melamar aja, perjuangannya luar biasa gitu, nah, sekarang? Huft.. Sebel,
sebel, sebel" Gerutu Yuri pelan.
"Yuri, boleh Ibu masuk, nak?" Ketuka pelan di pintu kamarnya membuat Yuri perlahan beranjak melangkah untuk membukakan pintu.
"Nak, Ibu tahu kamu
marah sama suamimu. Tapi, bisakah semua permasalahan kalian diselesaikan
dengan kepala dingin? Bukan dengan sikapmu yang seperti ini, kabur ke
rumah Ibu dan Ayah. Kamu tahu nggak, suamimu bela-belain diri kemari
setelah mencarimu hingga kemana pun, karena panik tak menemukanmu di
rumah. Kamu nggak bayangin gimana lelahnya suamimu mencarimu, bertanya,
takut jika kamu kenapa-kenapa. Yuri, kamu sekarang bukan anak kecil,
kamu sudah menjadi istri. Tak baik, jika seorang istri pergi
meninggalkan rumah tanpa ijin suaminya. Masih ingat kan apa saja hak dan
kewajiban seorang istri kepada suami? Ya sudah, kamu sekarang istirahat
saja. Besok pagi, Ibu harap, kamu sudah menyelesaikan permasalahanmu
dengan suamimu walaupun Ibu nggak tahu apa masalahnya. Ibu sayang Yuri.
Ibu ke kamar dulu yaa.." Perkataan Ibunya membuat Yuri terdiam. Bingung
harus menjawab apa. Akhirnya hanya anggukan yang diberikan.
Keesokan paginya..
"Asa, pergilah, temui
Yuri di kamarnya. Semoga permasalahan kalian cepat selesai yaa.. Ibu mau
menjemput Ayah di stasiun dulu" Pamitan dan doa tulus dari Ibu
mertuanya membuat Asa semangat untuk menyelesaikan permasalahannya
dengan Yuri.
"Yuri-chan, boleh saya masuk?" Yuri hanya menoleh sebentar sebelum akhirnya memalingkan wajahnya lagi.
"Yuri, sayang. Saya tahu
apa yang saya lakukan kemarin salah. Membuatmu kecewa dan sakit hati.
Saya mohon maafkan sikap saya tersebut Yuri. Sebagai gantinya, hari ini
kamu ingin saya melakukan apa agar kamu mau memaafkan saya?" Helaan
nafas lelah Asa melihat istrinya tetap diam.
Harus cara apalagi
saya membuat Yuri mau memaafkan saya. Kemarin saya tak sengaja melakukan
itu. Ahhh.. Membuat kepalaku serasa mau pecah saja.
"Oke, kalau Om, mau
melakukan apa saja demi maaf dari Yuri" Yuri terdiam sejenak sebelum
melanjutkan kembali, "Yuri mau Om goyang dumang, goyang ngebor, nari
India yang lari-larian di antara pohon-pohon, goyang ngecor, goyang
patah-patah. Sekarang! Yuri nggak mau tahu. Kalau nggak mau, jangan
harap Om bisa mendapatkan maaf Yuri" Rangkaian syarat dari Yuri membuat
Asa terdiam.
"Baiklah, kalau itu yang
kamu mau. Saya akan melakukannya, demi kamu, Yuri-chan" suara lemah Asa
menandakan jika dia tak menyangka akan melakukan hal ini demi
mendapatkan maaf dari istri mungilnya, Yuri.
"Sebentar. Ini lagunya,
sekarang Om keluar ke halaman dan mulai goyang. Yuri mau rekam!" Ancaman
Yuri membuat Asa menghela nafas. Lelah hati abang, adek.
Dimulailah serangkaian
syarat yang Yuri minta kepada Asa. Tak pelak, apa yang Asa lakukan
mengundang perhatian dari tetangga-tetangga di sekitar rumah Yuri.
Bahkan Ayah dan Ibunya yang baru datang pun ikut tertawa sekaligus
prihatin melihat tingkah menantunya.
"Udah puas kamu, Yuri,
mempermalukan saya?" Suara Asa terdengar putus-putus karena sibuk
mengatur nafas setelah menyelesaikan serangkaian syarat dari Yuri.
"Puas banget! Makanya
lain kali jangan pernah melakukan itu sama Yuri. Kalau nggak pingin
dapat hukuman dari Yuri" Tak tega hati Yuri melihat suaminya
mempermalukan dirinya sendiri demi memenuhi permintaannya. Sembari masuk
rumah dan memberikan minum kepada suaminya, Yuri pun duduk di
sampingnya.
"Jadi, saya dimaafkan
kan?" Asa menanyakan lagi walaupun sebenarnya dia sudah tahu apa jawaban
Yuri terlihat dari sikap Yuri padanya sekarang ini.
"Iya, sudah. Janji yaa,
nggak melakukan hal itu lagi kalau Om nggak mau dapat hukuman seperti
ini atau mungkin lebih parah dari ini" Anggukan mantap dari Asa membuat
Yuri tersenyum.
"Memangnya apa yang sudah suamimu lakukan Yuri, hingga anak ayah ini menghukum suaminya seperti itu" Tanya Ayah Yuri penasaran.
"Hehehe.. Bukan apa-apa
sih, Yah. Hanya saja Om Asa ini.. Hehe.. Maaf ya, suamiku, Ayah bertanya
dan Yuri mesti menjawabnya. Yuri nggak bermaksud membuat Om tambah malu
atau membuka aib Om, tapi daripada Ayah dan Ibu penasaran terus kepo.
Mendingan dijawab jujur aja yaa" Anggukan kepala dan genggaman tangan
Asa membuat Yuri yakin jika itu tak jadi masalah. Bukankah memang di
dalam keluarga butuh keterbukaan dan kejujuran?
"Jadi gini, Ayah, Ibu.
Kemarin itu, Om Asa, buang angin sembarangan sewaktu kita lagi makan di
restoran dan baunya bikin pengunjung pada protes. Yuri jadi malu, Ayah,
Ibu. Yuri sudah bilang sama Om Asa buat nggak makan jengkol
banyak-banyak di rumah, tapi Om Asa ngeyel. Alhasil yaa kejadian deh"
Meledaklah tawa kedua
orang tua Yuri. Tak menyangka jika karena suatu hal yang sederhana
membuat anaknya ngambek dan marah seperti ini kepada suaminya.
"Tunggu pembalasan dariku, Yuri-chan" Bisikan Asa membuat Yuri tersenyum menggoda. Seakan tahu apa yang akan dilakukan suaminya.
"Aku tunggu, suamiku sayang" Kecupan singkat mampir di bibir manis Yuri.
Ada banyak masalah yang terjadi di dalam suatu hubungan, tergantung bagaimana kita menyikapinya.
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)