Judul Cerita : Merajut Asa
Penulis Cerita Asli : Friska Adelia
Judul Merajut Asa Challenge : Happiness, Aishiteru
Penulis Merajut Asa Challenge : princessashr
Terkadang apa yang tampak di mata berbeda dengan yang tak tampak. Begitu juga dengan apa yang dialami oleh lelaki ini. Lelaki pujaan setiap wanita. Dengan kadar ketampanan, kepintaran dan kesuksesan, siapa yang menyangka jika di balik sikap diamnya, dia menghanyutkan. Tak pernah dia sadari jika hatinya sudah terpaut jauh pada seorang gadis sejak dia bertemu pertama kali. Otaknya menolak mengakui jika dia jatuh cinta, tapi hati siapa yang menyangka?
Penulis Cerita Asli : Friska Adelia
Judul Merajut Asa Challenge : Happiness, Aishiteru
Penulis Merajut Asa Challenge : princessashr
Terkadang apa yang tampak di mata berbeda dengan yang tak tampak. Begitu juga dengan apa yang dialami oleh lelaki ini. Lelaki pujaan setiap wanita. Dengan kadar ketampanan, kepintaran dan kesuksesan, siapa yang menyangka jika di balik sikap diamnya, dia menghanyutkan. Tak pernah dia sadari jika hatinya sudah terpaut jauh pada seorang gadis sejak dia bertemu pertama kali. Otaknya menolak mengakui jika dia jatuh cinta, tapi hati siapa yang menyangka?
Begitu pun dengan gadis
ini. Dia tak seperti lelaki itu yang diam-diam menghanyutkan. Sikapnya
mudah tertebak namun sedikit tertutupi dengan sifat pemalunya. Pemalukah
dia sebenarnya? Ahh, tidak, dia bukan gadis pemalu namun gadis penakluk
hati lelaki itu.
"Yuri, kamu yakin mau
menikah sama saya? Nggak malu nanti dikira jalan atau mungkin jadi
simpanan om-om" jujur aku geli mengatakannya. Seperti bukan Asa yang
selama ini cool. Kenapa aku jadi belingsatan sendiri kayak ayam mau
nikah sih. Berasa ikutan alay kayak gini.
"Om sendiri malu nggak
selama ini jalan, dekat sama Yuri? Om yakin nggak Yuri mampu jadi istri
yang baik buat Om?" Yuri terdiam sejenak sebelum akhirnya melanjutkan,
"Kalau memang Om nggak yakin, lebih baik jangan diteruskan Om, daripada
nantinya hanya menyakiti dua belah pihak"
"Yuri, saya yakin dengan
apa yang saya inginkan dan putuskan. Tapi, saya juga butuh jawaban akan
keyakinan kamu terhadap saya. Karena nantinya setelah kamu dan saya
menikah sudah tidak ada lagi kata saya atau pun kamu, yang ada kata
kita. Jadi, saya ingin kepastian jawaban kamu, Yuri" suara Asa terdengar
memelas di telinga Yuri. Tak pelak itu malah membuat Yuri tertawa
kecil.
"Yuriii!! Kenapa kamu
malah tertawa di saat penting seperti ini? Tak tahukah kamu, saya begitu
gugup saat ini dan kamu malah tertawa begini" Asa geram mendengar tawa
kecil Yuri, seolah-olah semua perkataannya tadi hanya sambil lalu, omong
kosong belaka.
"Maaf, om, Yuri nggak
bermaksud buat menertawakan Om. Yuri tertawa karena baru kali ini
mendengar Om berkata dengan suara yang terdengar memelas seolah-olah Om
takut jika saya menolak keinginan Om. Bukankah sudah jelas, Om, jawaban
saya tanpa saya harus menjawab? Ataukah memang perlu dengan sebuah
perkataan agar semuanya menjadi jelas?" Tak ada tawa namun kali yang
terdengar hanya ketegasan seorang Yuri.
"Iya, Yuri, saya butuh
perkataan yang jelas dari kamu agar saya bisa segera melamarmu kepada
orang tuamu. Seorang lelaki sejati bukankah tidak mengajak seorang
wanita atau gadis atau perempuan yang dia yakini itu adalah cinta
sejatinya, tulang rusuknya untuk berpacaran? Tapi langsung dengan
meminta kepada orang tua gadis tersebut untuk menyerahkan anaknya kepada
saya untuk saya nikahi dan saya nafkahi lahir batin, saya lindungi dan
saya sayangi?" Jawaban Asa mampu membuat Yuri menangis haru. Tak pernah
menyangka jika seorang lelaki yang baru saja dia kenal, mampu berkata
seperti itu. Apakah karena faktor usia mereka yang terlampau jauh hingga
membuat kedewasaan seorang Asa terlihat lebih matang dari dirinya?
Entahlah, Yuri pun tak paham.
"Hei, kenapa kamu
menangis, Yuri? Adakah perkataan saya yang menyinggung hatimu? Tolong,
maafkan saya jika perkataan saya tadi menyinggung perasaanmu.
Berhentilah menangis, Yuri, karena saya tidak dapat memelukmu untuk
menenangkanmu. Kita belum menjadi muhrim dan saya tak ingin jika saya
memaksakan diri memelukmu sekarang, saya tak dapat melepaskanmu begitu
saja. Saya mohon, berhentilah menangis, Yuri"
"Yuri menangis bukan
karena tersinggung mendengar perkataan Om, tapi Yuri bahagia
mendengarnya. Mungkin karena selama ini Yuri melihat banyak sekali
teman-teman Yuri yang berpacaran tanpa tahu apa tujuan mereka
berpacaran. Tapi, Om, langsung mengajak Yuri menikah. Bahkan sebelumnya
kita malah belum kenal dekat sama sekali. Kecuali Om adalah Paman dari
temanku, Zara, tak ada hal lain yang saya ketahui mengenai Om. Makanya
tadi Yuri menangis karena nggak menyangka Om bisa berkata seperti itu.
Maaf, Om, jika membuat Om khawatir" Cerita Yuri panjang lebar.
"Syukurlah, Yuri. Saya
kira kamu marah dan tersinggung. Jadi, bagaimana, apa jawabanmu atas
pertanyaan saya tadi? Apakah kamu mau menikah dengan Om-om macam saya?
Nggak takut dikira simpanan Om-om atau mungkin nantinya kamu malu?"
"Iya, Om, Yuri mau
menikah dengan Om. Yuri nggak pernah malu sama sekali. Tapi, Yuri
bahagia karena Yuri menemukan sosok Papa dalam diri Om. Bawalah keluarga
Om untuk menemui orang tua Yuri. Dan Yuri akan menunggu hingga hari
dimana kamu dan saya menjadi kita"
Pertemuan dan pekenalan
hingga akhirnya membawa mereka ke dalam suatu ikatan pernikahan tak
membuat kisah mereka akhirnya berakhir saat itu juga. Banyak batu
sandungan yang mereka alami hingga membuat kabar bahagia itu sedikit
terhambat untuk dikabarkan. Namun, satu yang pasti mereka rasakan,
kebahagiaan.
"Aishiteru, Yuri-chan"
"Aishiteru, Om Asa sayang"
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)