Hola..
Terima kasih untuk antusiasme kawan My Scrap Book di rubrik Guest Post minggu lalu. Harusnya postingan ini sudah publish tadi pagi, tapi maafkan karena kesibukan jadinya agak terlambat. Kali kedua, di blog My Scrap Book ada Agustina Purwantini. Siapakah dia? Selain seorang blogger ternyata mbak Agustina ini adalah seorang penulis lhoo. Oke, apa sih yang bakalan dibahas sama mbak Agustina? Cekidot yuk..
Agar tahu dunia, membacalah. Agar dunia tahu kamu,
menulislah!
Orang-orang yang gemar membaca –mungkin termasuk Anda-- rerata pernah berkeinginan untuk bisa menulis. Lebih dari sekadar bisa menulis, bahkan banyak yang sempat bercita-cita untuk menjadi seorang penulis profesional. Lalu seiring berjalannya waktu dan tingkat kesungguhan masing-masing, di antara mereka ada yang betul-betul sukses sebagai penulis profesional.
Tentu
saja mereka yang sukses itu telah bekerja keras untuk meraih cita-cita
tersebut. Mereka tak hanya banyak membaca dan bercita-cita. Lebih dari sekadar
bercita-cita, selain membaca mereka telah rela berjuang. Yakni berjuang dalam
berlatih menyusun tulisan yang ciamik. Makin berdarah-darah perjuangannya,
makin terbukalah jalan untuk menjadi seorang penulis. Seperti yang telah
dibilang sebelumnya, kesuksesan itu akan sesuai dengan tingkat kesungguhan
masing-masing. Makin bersungguh-sungguh ya makin mumpuni kemampuan menulisnya.
Begitulah
faktanya. Seorang pelahap buku yang bermetamorfosis menjadi seorang penyedia
buku (alias penulis) merupakan sebuah fenomena yang biasa. Sebab telah banyak
buku yang telah dibacanya, wajar bila ia kemudian punya pemikiran-pemikiran
tertentu. Memiliki pendapat-pendapat tersendiri
terkait dengan tema yang sudah dilahapnya. Yang tentunya juga
diminatinya. Kian beragam jenis bacaannya, berarti kian luas wawasan
berpikirnya. Berarti kian beraneka rupa juga pengalamannya. Dengan demikian, bisa
makin bernas isi tulisan-tulisannya.
Kenyataannya, seseorang akan sulit untuk menulis jika kekurangan referensi. Apalagi jika menulis karya ilmiah. Tanpa referensi bacaan yang memadai, niscaya akan berisi omong kosong belaka tulisannya. Atau, dia malah tak akan sanggup memulai kata pertamanya sama sekali. Kacau ‘kan jadinya?
Jadi,
sesuai dengan judul tulisan di atas, tak usah buru-buru menulis sebelum banyak
membaca. Baca, baca, baca, baru kemudian nulis. Percayalah. Justru modal paling
utama untuk menjadi seorang penulis adalah membaca. Bila gemar membaca apa pun,
maka Anda akan tahu banyak hal. Pengetahuan dan wawasan Anda makin hari makin
luas. Bila sudah begini, maka akan lebih lancarlah bila Anda disuruh menulis.
Tahukah
Anda? Untuk menulis satu paragraf, seorang penulis butuh satu buku referensi.
Nah, lho! Bayangkan betapa banyaknya buku yang dibutuhkan oleh seorang penulis
untuk menyusun sebuah buku beratus halaman. Tidak main-main toh? Maka makin
banyak Anda membaca, berarti tabungan wawasan-pengetahuan Anda akan makin
bertambah.
Oleh
sebab itu, banyak-banyaklah membaca apa pun-kapan pun-di mana pun. Entah sedang
butuh referensi untuk menulis atau sedang nyantai.
Kita tidak pernah tahu kapan tepatnya akan butuh banyak referensi bacaan ‘kan?
***
Gimana
dengan artikel yang ditulis oleh Agustina di Guest Post kali ini?
Seru kan yaa? Jadi, bisa banyak belajar juga dari Agustina. Terima kasih, Agustina, untuk waktunya, dan sharingnya. Don't go anywhere, tetap stay tune yaaa di blog My Scrap Book.
Buat kalian yang ingin mengisi rubrik Guest Post bisa lhooo.. Tinggalkan saja alamat email kalian atau kalian bisa email aku langsung. Semoga dengan adanya postingan
ini bisa menambah pertemanan, keakraban, pengetahuan di antara teman-teman semua.
***
Tentang Agustina :
AGUSTINA Purwantini,
alumnus Sastra Indonesia UGM, seorang ibu rumah tangga yang sempat berkiprah
sebagai editor bahasa di sebuah penerbitan di Jogja. Sekarang lebih aktif
bergerak di dunia penulisan buku popular. Salah satu buku popularnya yang
berjudul The Power of Bejo (dengan
nama pena Octavia Pramono) dipinang
oleh Bintang Toedjoe Masuk Angin untuk dijadikan sebagai iklan dalam bentuk
e-book. Kamu bisa
melihat kesehariannya di Facebook | Blog.
Hmmm... tapi belum tentu juga lho mba banyak baca bisa mahir menulis. Menulis itu kan skill, layaknya main piano gitu. Harus lebih banyak berlatih. Justru kalau mau jadi penulis, proporsi membaca dan menulis harus seimbang. Ga cuma bacanya aja yang dibanyakin, tapi nulisnya juga. Menulis itu proses. Ga serta merta orang banyak baca terus pas tiba2 nulis langsung tulisannya jreng... outstanding. Jadi, kalau mau jadi penulis hebat ya selain banyak baca juga banyak latihan menulis :))
ReplyDeleteAnyway, salam kenal ya mba. Silakan berkunjung ke blog saya http://spellmynamethreetimes.blogspot.com
Terima kasih komentarnya, kakak :))
DeleteIya benar mbak, saya pun setuju dengan judul tulisan ini "Baca dulu, menulis kemudian". Dan saya pun terkadang ingin menjadi seorang penulis, lewat membaca banyak buku kadang suka membayangkan bagaimana rasanya menjadi seorang penulis. Tapi pas mencoba menulis, entah kenapa tiba-tiba jadi bingung mau menulis yang kayak gimana...
ReplyDeleteJadi terkadang menjadi pembaca dahulu, baru kemudian menulis.. :))
sastraananta.blogspot.com
bener nih.. akupun suka menulis karena dari kecil udah dibiasain membaca ama papa. dari situ, lama2 jadi nulis blog sendiri, dan ketagihan ampe skr.. kemana2pun aku lbh suka membawa 1 buku bacaan di tas, drpd gadget, utk ngusir bosen..
ReplyDelete