Baca juga yaa.. (Cuma Superhero yang bernama “IBU” yang bisa tahan begadang 3 tahun! )
Hola..
Hola..
Selamat hari Kartini, para wanita Indonesia. Semoga semangat Kartini tetap ada di hati kita semua yaa..
Guest Post kali ini kita kedatangan Mbak Mulyati Asih. Apa sih yang ditulis sama mbak Mulyati Asih? Simak yukk..
***
Di dermaga
Ketapang Lampung kapal-kapal bersandar, sebagian adalah kapal yang disewakan
untuk wisatawan. Aroma khas laut sudah tercium di sini, kami berdelapan sudah
duduk di dalam kapal tak sabar segera berwisata ke Pulau Pahawang dan
sekitarnya. Ada banyak spot snorkeling yang
bagus di sekitar pulang Pahawang, bahkan menurut Elvi terumbu karang di sini
bagus-bagus.
Saya sebenarnya sudah tidak sabar untuk bisa menikmati itu semua, melihat seperti apa keindahan bawah laut pulau Pahawang. Jujur saya tidak bisa berenang dan karena saya tidak bisa berenang biasanya saya hanya bisa duduk manis di atas kapal sambil mengamati teman-teman yang snorkeling.
Pernah sih ikut-ikutan snorkeling waktu trip ke Gunung Anak Krakatau tahun 2013, tapi karena saya parno dengan laut jadi yang ada di pikiran saya itu bagaimana kalau tenggelam, kan saya nggak bisa berenang. Saya hanya berani ada di sekitar kapal sambil pegangan tangga ataupun ban pelampung yang bergelantungan. Hahahha, jujur itu saja sudah membuat saya takut tenggelam padahal mengenakan pelampung. Tapi di perjalanan kali ini ada sedikit harapan buat saya untuk bisa menikmati keindahan bawah laut, karena Elvi dan Puspa bersedia mengajari saya bagaimana caranya snorkeling.
Matahari
mulai terik, tapi di laut hampir tak ada riak ombak rasanya seperti berada di
danau yang tenang. Nah inilah asiknya jika snorkeling
di musim kemarau. Kapal ini harus mampir dulu ke pulau Kelagian, di pulau
inilah tempat kami menginap jadi kami meletakkan barang bawaan dulu di pulau
ini dan hanya perlengkapan snorkeling,
makanan dan minuman yang kami bawa ke kapal. Meninggalkan pulau Kelagian kami
siap untuk snorkeling di pulau
Pahawang.
“Gosong nih kita snorkeling pas tengah hari
gini,” celetuk Elvi yang sudah siap menceburkan diri ke air.
Mesin kapal
sudah dimatikan satu persatu dari kami menceburkan diri ke air. Di atas kapal,
Elvi mengajari saya cara memakai perlengkapan snorkeling. Untuk bisa snorkeling kita hanya membutuhkan jaket pelampung (lifejacket),
kacamata selam (google), snorkel dan kaki katak (fin).
“Harus dipakai pas di muka supaya nggak ada
air yang masuk,” jelas Elvi.
Benar kata
Elvi, pilihlah kacamata selam yang pas ukurannya jangan terlalu besar yang
menyebabkan air masuk ataupun kecil yang bikin nggak nyaman dipakai. Mungkin
sebaiknya kita punya sendiri kalau sewa biasanya ukurannya berbeda-beda.
“Kalau ada air masuk ke snorkel untuk
mengeluarkannya ditiup aja pakai mulut,” lanjut Elvi.
Saya
menggigit ujung snorkle dan memasukkannya ke dalam mulut kemudian
mencoba untuk menghirup udara melalui mulut dan meniupnya. Latihan ini
seharusnya saya lakukan di pantai supaya terbiasa bernapas di air tapi waktu di
pulau Kelagian kami lupa melakukannya. Perlengkapan snorkeling sudah saya pakai dan siap terjun ke laut. Saya terus
memegang tangan Elvi “jangan panik nggak
akan tenggelam karna pakai pelampung,” kata Elvi meyakinkan saya.
Untuk membiasakan bernapas menggunakan snorkel maka saya harus menenggelamkan muka ke air. Apa yang terjadi? Beberapa kali saya meneguk air laut, memang benar harus terus latihan bernapas menggunakan mulut. Saat di dalam air jangan coba-coba bernapas dengan hidung, karena akan membuat kita susah bernapas kan hidungnya sudah tertutup rapat oleh kacamata selam. Bernapaslah terus menggunakan mulut.
“Mulut..mulut...mulut selalu ingat pakai
mulut,” Elvi mengingatkan saya.
Saya terus
berlatih bernapas di air, tangan saya kencang memegang tangan Elvi meskipun
Elvi bilang nggak akan tenggelam selama pakai pelampung. Sedikit demi sedikit
kini saya sudah mulai terbiasa bernapas di air. Berhubung Elvi juga mau snorkeling bebas, latihan berikutnya
Puspa lah yang akan membimbing saya. Puspa sabar banget ngajarin saya, padahal
tangannya saya genggam kencang dan nggak tau Puspa merasakan sakit atau nggak.
Pokoknya saya nggak mau melepaskan pegangan tangan, saya belum berani untuk
dilepas berenang sendirian. Sekarang belajar meluruskan badan dan mulai
menggerakkannya.
“Yuk Kak ke sana terumbu karangnya bagus,”
ajak Puspa.
Saya
berusaha menenggelamkan kepala dan badan, dingin itulah yang saya rasakan
ketika kepala ini benar-benar tenggelam dan air mulai menyentuh kedua telinga.
Kaki mulai saya gerak-gerakkan, fin yang
saya pakai seolah-olah meringankan gerak dan mendorong tubuh untuk bergerak
jauh. Selain itu fin juga berfungsi
melindungi kaki dari tajamnya terumbu karang jika tak sengaja kita
menyenggolnya. Sambil terus bergandengan tangan kami mulai berenang menjauhi
kapal, senangnya saya sudah bisa melihat terumbuh karang dan ikan-ikan yang
berenang bergerombolan.
Beberapa kali saya harus mengangkat kepala ke udara ketika air mulai banyak terminum dan melepaskan kacamata lebih memilih bernapas dengan hidung. Dan Puspa selalu bilang “nggak apa-apa kita coba lagi,” duuh sabarnya Puspa membimbing saya untuk bisa melihat indahnya bawah laut.
Latihan
terus, semakin lama saya bisa memahami tehnik-tehnik dasar snorkeling dan mulai berani kalau Puspa mengajak berenang menjauhi
kapal ke laut yang lebih dalam. Oh iya Louis pun mengajari saya gerakan kaki
yang benar saat berenang, kita cukup menggerakkan pergelangan kaki kita. Waaah
di sana terumbu karangnya banyak dan ikan-ikannya pun banyak, lama-lama saya
sudah terbiasa di dalam air dan menikmatinya. Puas dengan satu spot kami berpindah
ke spot yang lainnya, karena airnya jernih dari atas kapal saya bisa melihat
karang-karang tapi tetap lebih puas kalau bisa lihat langsung ke air.
“Kalian turun di sini ya, kapalnya bersandar
di pantai,” kata nahkoda kapal kami.
Kami
diturunkan di salah satu spot snorkeling yang
cukup dalam dan untuk mencapai kapal yang bersandar di pantai tentunya kami
harus berenang. Sempat mikir mau ikutan terjun ke laut atau ikutan kapal ke
pantai. Ya sudahlah yang lain nyemplung ikutan juga menceburkan diri ke air,
tapi tetap menggandeng tangan Puspa. Kasihan juga liat Puspa nggak bisa puas snorkeling karena saya.
Awalnya sih nggak sengaja terlepas dari gandengan tangan
Puspa dan saya putuskan untuk berenang sendiri menuju tepi pantai, jaraknya
lumayan jauh. Sampailah saya di pantai nah yang menjadi masalah, saya kan belum
tau ini gimana masih pakai fin kakinya
nggak bisa menjejakkan ke tanah. Ada Mbak-mbak yang lagi berenang saya panggil
dan saya pegang tangannya untuk bisa berdiri. Hahhaha ingat itu lucu juga dan
ternyata kata Puspa seharusnya tinggal balikkan badan dan jalan mundur atau
lepaskanfin baru bisa jalan di pasir.
***
Gimana
dengan artikel yang ditulis oleh Mulyati Asih di Guest Post kali ini?
Seru kan yaa? Guest Post kali ini bikin aku pingin jalan-jalan alias holiday. Terima kasih, Mulyati Asih, untuk waktunya, dan
sharingnya. Don't go anywhere, tetap stay tune yaaa di blog My Scrap Book.
Buat kalian yang ingin mengisi rubrik Guest Post bisa lhooo.. Tinggalkan saja alamat email kalian atau kalian bisa email aku langsung. Semoga dengan adanya postingan ini bisa menambah pertemanan, keakraban, pengetahuan di antara teman-teman semua.
Jangan
lupa yaa, jika artikel ini bermanfaat buat kalian, monggo buat dishare
di sosmed kalian. Ditunggu partisipasi kalian di kolom komentar. Dan
tunggu postingan selanjutnya yaa..
***
Tentang Mulyati Asih :
Wanita penyuka warna biru ini punya hobby jalan-jalan. Kesukaannya adalah
keindahan alam, terutama yang ada di Indonesia. Bersama teman-temannya dia
menjelajah mulai dari pantai, gunung, bukit, gua, wisata sejarah, budaya dan
lain-lain. Pengalamannya berwisata dapat dilihat di Blog
atau bisa melalui IG @mulyati15
Pengen snorkling ngajakin Marwah, tapi belum berani nih hehe
ReplyDeleteAyoo, mbak.. semangat.. semoga lekas bisa snorkling sama Marwah yaa :)
DeleteAyo jg dulu ga tau gimana cara snorkling, belajar otodidak aj . Ngeliat temen2 pd bisa jd bisa sendiri hihihi jd pgn snorkling lagi niih
ReplyDeleteTypo. Maksudnya Ayi. Efek dah ngantuk :'D
DeleteMakasih banyak mba Asri, aaahhh senangnya bisa ngisi rubrik keren di blog ini. Semoga bermanfaat ya, terutama yang takut dengan laut.
ReplyDeleteSama2, mbak :)
DeleteYuk, semangat buat snorkling yuk :)
Makasih, mbak, sudah berkenan mengisi guest post :)