Di dalam dunia komunikasi yang terasa sangat cepat dan dinamis ini, ada sebuah seni dalam menyusun kata menjadi sebuah kalimat dimana itu merupakan sebuah keterampilan yang sangat berharga. Terkadang, ada beberapa orang yang memang memiliki kemampuan tersebut, namun ada juga yang tidak atau sedang belajar, seperti aku, misalnya. Selain itu, kemampuan untuk memberikan jawaban yang efektif bukan hanya tentang sebuah informasi yang benar, tetapi juga bagaimana cara penyampaiannya.
By the way, ide tulisan ini terpikirkan olehku, ketika aku sedang melakukan adu argumentasi dengan temanku sore itu sepulang kerja. Memperdebatkan hal-hal yang dianggap sebenarnya nggak perlu ditanyakan dan dijawab serta dibahas, namun nggak tahu kenapa, jadi malah dibahas, yang akhirnya berakhir kami adu argumentasi dengan sangat apik. Walaupun pada akhirnya, kami tetap baik-baik saja setelah berargumentasi. Thanks to you, mas!
Kali ini aku ingin berbagi pengalaman dari ajaran atasan-atasanku, rekan kerjaku selama ini, orang tuaku, keluargaku dan teman-temanku.
Memahami Pertanyaan
Biasanya aku mencoba memahami pertanyaan yang diajukan sebelum memberikan jawaban. Misalkan nih, aku ditanyain kapan aku nikah? Nah, aku telaah dulu maksud pertanyaannya seperti apa nih, apakah termasuk pertanyaan basa basi, menjebak karena kepo ingin tahu sudah punya calon atau belum, atau karena memang ingin mencarikan atau mengenalkan kita pada temannya atau anaknya atau saudaranya, mungkin saja kan yaa.
Mengklarifikasi Pertanyaan
Setelah memahami maksud dari pertanyaan tersebut, aku buat poin-poin jawaban yang setidaknya bisa membuat lawan beradu argumen dengan aku atau hanya sekadar membuat mereka diam tak berkutik.
Seperti misalkan, ketika pertanyaan tersebut diajukan oleh orang yang seumuran dengan aku, dan mengenal aku secara dekat, pasti ada maksud dan tujuannya. Dan biasanya mereka langsung to the point maksud dan tujuannya apa bertanya hal seperti itu. Lain halnya kalau saudara lebih tua dari aku bertanya, selain ada maksud dan tujuannya yaitu kepo juga mau memberikan nasihat sama aku. Kalau orang tua gimana, kadang kala ada yang hanya kepo, kadang kala ada yang memang ingin mengenalkan, kadang kala ada yang memang hanya basa basi.
Menggunakan Bahasa yang Jelas dan Tepat Sasaran
Aku selalu mengusahakan diri aku ini untuk menggunakan bahasa yang baik, benar, dan mudah dimengerti serta dipahami oleh si penanya. Biasanya sih aku menjawab pertanyaan tersebut sederhana, "Ehm, doakan saja semoga disegerakan. Atau mungkin bude, pakde, om, tante, mbak, mas, ada kenalan yang bisa dikenalin ke aku? Siapa tahu jodoh aku melalui tangan-tangan kalian,"
Tinggal kasih senyum, ambil makanan, kembali membaur dengan tamu yang lain. Setidaknya maksud kita sudah tersampaikan dengan sangat baik.
Mempertimbangkan Siapa yang Kita Ajak Bicara
Aku juga melihat dan menyesuaikan gaya bicara serta susunan kalimat yang gunakan dengan audiens yang aku tuju. Misalkan kalau masih seumuran dengan kita, bisa menggunakan bahasa gaul atau bahasa sehari-hari khas anak muda, namun jika berhadapan dengan orang yang lebih senior, adakalanya harus menyusun terlebih dahulu bahsa yang digunakan, agar sesuai dengan mereka juga. Kalau istilah dalam bahasa Jawa yaitu supaya tidak ngisin-ngisini.
Kemampuan dalam menyusun kata-kata ini sebuah investasi yang berharga lho dalam dunia komunikasi yang kompleks ini. Jadi, apabila kita memang susah untuk mengungkapkan melalui pembicaraan, bisa juga melalui tulisan. Selamat menyusun kata dan memberikan jawaban yang memukau orang-orang di sekitarmu yaa!
Jadi, tahu kan, kalau ditanya “Kapan Nikah?”, “Kapan Punya Anak?”, “Kapan Nambah Anak Kedua, Ketiga, dst?”, “Kalau punya uang segini, mau buat apa aja?”, dan lain-lain.
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)