Holaaa..
Mulai balik lagi di blog. Apa kabar kalian semua? Masih ada yang suka mampir ke blog ini nggak? Libur nulisnya terlalu panjang dan sebenarnya bingung mau nulis apa secara lagi suka nonton film di netflix, he he.
Okey, kali ini aku mau sharing soal rating usia di sebuah novel. Kenapa pingin nulis ini? Karena eh karena, banyak anak-anak yang belum cukup usia, baca buku yang harusnya dibaca sama kakaknya, atau ortunya mungkin. Kan bikin miris hati, terus bikin lapar kan yaaa. Dulu aku pernah nulis ini di blog sebelah, tapi aku lupa nama blognya, jadi, aku tulis lagi aja disini yaaa.
By the way, mau nanya nih sama teman-teman di Rumah Cerita Asri semua. Ada yang suka beli buku hanya baca blurbnya atau lihat covernya tanpa tahu isi ceritanya gimana nggak? Atau ada yang suka beli buku, tertarik karena baca blurbnya, dan udah tahu isi ceritanya gimana, dan untuk usia berapa, tapi tetep nekat beli, padahal itu untuk usia 21+ atau 25+. Ayo, ngaku, hayooo. Tell me, let me know yaa. Sok atuh, kalau mau curhat, dipersilahkan.
Jadi, begini, kenapa rating di sebuah novel itu penting banget diberikan, atau ditulis? Menurut aku karena biar pembaca nggak salah baca buku yang seharusnya belum dibolehin di usia mereka buat baca buku tersebut.
Follow Instagram Rumah Cerita Asri
Ada beberapa penerbit yang memang sudah memberikan tulisan di back cover, buku terbitan mereka teruntuk usia berapa saja. Semisalnya saja, buku A diperuntukkan untuk usia 15+, buku B diperuntukkan untuk usia 17+ atau ada juga yang langsung ditulis bahwa buku tersebut untuk dewasa. Menurut aku lagi, usia dewasa adalah di usia 21+ atau 25+. Gimana menurut kalian?
Well, kenapa aku pingin sharing masalah ini. Karena, aku pernah mengalami dilema saat melihat sekumpulan anak SMP saat aku jalan-jalan ke satu toko buku di kota tempatku tinggal. Aku melihat salah satu dari mereka, mengambil satu buku dimana aku tahu itu buku isi ceritanya ada banyak adegan dewasanya. Antara galau mau kasih tahu buat nggak beli atau nggak nggak kasih tahu, bener-bener posisi galau, dilema banget waktu itu.
Baca juga yaaa >> Suka Duka [Kala Itu Menjadi] Reviewer Buku
Saat ini ada beberapa platform menulis yang bisa digunakan banyak orang untuk menyalurkan hobi atau profesi mereka menulis disana. Dan nggak hanya satu atau dua, tapi yaa lumayan banyak, ada cerita dewasa yang bertebaran disana. Aku nggak mau munafik, aku juga suka baca cerita dewasa, tapi yang menurutku masih dalam batasan normal alias nggak terlalu vulgar banget. Ada yang bikin miris banget sebenarnya, beberapa tulisan cerita dewasa tersebut ditulis sama mereka yang masih usia remaja, kisaran SMP. Ada juga kategori remaja di tulisan tersebut tapi ternyata setelah dibaca ada beberapa adegan dewasa. Boleh ngelus dada ayam goreng nggak kalau kayak gini? Ehm, perbedaan antara yang nulis masih usia remaja sama yang udah dewasa, aku nemuin perbedaannya. Kalau yang nulis cerita dewasanya, usia dewasa, adegannya nggak begitu vulgar, nggak ada penjabaran sama sekali. Kalau yang nulis usia remaja, dijabarin banget. Can you imagine that? Kalau menurut kalian gimana? Ada yang bisa kasih tahu perbedaannya nggak? Aku tidak menjudge semua penulis berusia remaja menuliskan cerita dewasa yaa. Karena jujur, aku hanya sekelibat sambil lalu tahu beberapa saja dulu, kalau sekarang aku kurang begitu mengikuti perkembangan dunia pernovelan ini.
Aku hanya bisa berpesan, bacalah sesuai usia kamu. Kalau usia kamu masih remaja, carilah bacaan yang remaja juga. Jangan paksain diri kamu buat baca yang belum sesuai usia kamu. Kenapa? Lebih enak kan kalau baca yang sesuai usia. Yang paling enak dan aman memang yang udah usia 21+ atau 25+ bisa baca bacaan dari usia berapa aja.
Sebuah cerita sudah ada pembacanya sendiri. Iya itu benar. Tapi, ada baiknya lagi, apabila pembaca juga bijak dalam memilih bacaan yang sesuai usia masing-masing. Jangan sampai bacaan yang kamu baca menjadikan kebiasaan di dalam kehidupanmu sehari-hari, menjadi candu untuk kamu melakukan hal yang sama dengan apa yang ditulis di cerita tersebut, menjadi kebiasaan kamu dalam menjalani hidup kamu, atau membuat imajinasi kamu yang seharusnya diisi dengan hal-hal yang sesuai usia kamu, tapi sudah diisi dengan imajinasi yang nggak-nggak.
Setiap penulis memiliki pesan tersendiri dalam menuliskan sebuah cerita, depends on kita pembaca dalam menyikapi pesan tersebut bukan? Cukup tayangan-tayangan yang bisa diakses sama mereka yang masih berusia anak-anak, remaja, dewasa aja yang sekarang ini banyak ditiru sama mereka para generasi bangsa. Jangan sampai buku yang harusnya belum boleh dibaca sama anak-anak kecil, usia SD, SMP, SMA ditiru juga.
So, disini adakah yang memiliki pendapat lain mengenai rating usia dalam sebuah buku? Share with me and kita diskusi bersama yuk. Dan aku nggak akan pernah bosan buat bilang ini sama kalian, teman-teman di Rumah Cerita Asri. Jangan lupa untuk tetap membaca, menuliskan review dengan bahasa sopan dan anti SARA, berikan kritikan yang membangun, bukan yang menjatuhkan. Tetap bahagia yaa. Sebarkan virus membaca dan bahagia kepada teman-teman yang lain.
Be First to Post Comment !
Post a Comment
Tulis komentarmu dengan bahasa yang sopan dan tinggalkan Nama/URL yaa, biar bisa langsung saya BW :)