Image Slider

03 February 2015

Spend Weekend with Ibu

Finally, bisa posting juga. After ribet dengan segala macam kegiatan yang benar-benar membuat mood naik turun. Oke, fine, let's write and start it.

Hari Sabtu kemarin, 31 Januari 2015, rencananya pingin santai kayak di pantai di rumah. But, ternyata, ada banyak hal yang mesti saya kerjain. Dipikir-pikir, diinget-inget, and then, here we go, here the list :
1. Beli kado buat temen kantor yang nikah
2. Beli shampoo makarizo
3. Makan pempek cordon bleu di Pempek On Top
4. Go home

30 January 2015

[Kuliner] Lunch Rica-rica Bebek


Makan di siang hari ini, kami putuskan untuk makan di warung makan yang menyediakan RICA-RICA BEBEK. Tepatnya berada di Jl. Pandansimo No.1 Srandakan, Bantul. Yang suka makan bebek, disini tempatnya. Warung yang amat sederhana namun dicari oleh pembeli dari mana saja. Harganya cukup murah meriah. Minumannya pun disuguhkan dengan gula batu bukan gula pasir. 

29 January 2015

[Kuliner] The Taste of Bakpiapia & Pempek Cordon Blue




Hai..
Satu lagi makanan asli dari kota tercinta yang dikenal sebagai kota pelajar, kota pariwisata. Yang tak lain dan tak bukan, kota Yogyakarta tercinta. Banyak makanan khas kota ini, selain gudeg, peyek tumpuk, ampyang, belut, dll. Ada juga bakpia. Nah, kali ini yang akan saya tampilkan adalah bakpia yang beda dari yang lain. Kenapa saya bilang beda? Karena bentuk dan varian rasanya juga berbeda dari yang lain. Namanya BAKPIAPIA buatan Ibu Rasuna. Bakpia disini memproduksi berbagai macam varian rasa, ada yang memang sama seperti bakpia asli yang isinya dari kumbu kacang hijau, tapi disini dibuat sedikit berbeda juga. Selain itu, ada juga yang rasa nanas, durian, blueberry cheese, dll. 



Jika lagi berkunjung ke Yogyakarta, boleh mampir ke outlet BAKPIAPIA. Disana juga bisa melihat sebagian proses produksinya lhooo :). Tapi, hanya di outlet-outlet tertentu yaa. Bagi yang ingin mencoba, monggo mampir di beberapa outlet BAKPIAPIA ini :

28 January 2015

Kamu Milikku Selamanya




Seharusnya bukan namanya yang tercetak di undangan bertinta emas itu. Bukan dia yang menjadi pengantin hari ini, tapi aku. Tak taukah dia rasa sakit yang aku rasakan? Aku cinta dia, tapi kenapa dia tak pernah melihatku sedikit pun. Kenapa dia memilih meletakkan hatinya untuknya bukan untukku? Aku tau, aku hanya pengganti untuknya. Pernikahan ini pun seharusnya antara dia dan pilihan hatinya bukan denganku. Wanita itu pergi selamanya dari hidupnya dan dua minggu yang lalu, ia memintaku untuk menggantikan posisi wanitanya saat pernikahannya berlangsung. Tuhan, apa salahku selama ini padanya?

“Gue mau mandi habis itu gue mau tidur. Siapin baju gue. Gue nggak mau tau, begitu gue balik ke kamar ini, semuanya udah siap. O ya, satu lagi, loe tidur di sofa. Gue nggak mau tidur bareng sama loe di tempat tidur. Ngerti?”

“Iya, aku ngerti. Nanti aku siapin keperluan kamu. Terima kasih”.

Tak lama dia pun keluar dari kamar ini, hingga saat ini aku tak berani menyebutnya ‘kamar kami’. Karena memang ini bukan ‘kamar kami’. Aku bahkan tak punya lemari disini. Semua bajuku masih tersimpan rapi di dalam koper. Aku tak punya benda apa pun di kamar ini bahkan di rumah ini sekalipun. Semua miliknya dan wanita yang seharusnya menikah dengannya. Aku hanya pengganti saja, dia pun hanya menganggapku seperti itu. Kalau kalian bertanya, hubungan dalam rumah tangga kami? Aku akan jawab, tak ada hubungan apapun. Sentuhan pun tak ada. Apalagi panggilan sayang, tak pernah ada. Bagaimana dia memanggilku? Namaku yang dia panggil dengan nada tinggi itupun hanya sesekali, selebihnya tak pernah dia menyebut namaku. Hanya kesan dingin di dalam rumah tangga kami. 

Custom Post Signature

Custom Post  Signature